Sumber: Djuyoto Suntani. Tahun 2015 Indonesia "Pecah". Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2007, halaman 49.
Sekulerisme kini telah tumbuh menjadi ‘agama’ baru di dunia. Semua negara Eropa (Barat) menempatkan sekulerisme sebagai pedoman hidup. Mereka memisahkan agama dengan negara. Agama ditempatkan masuk urusan individu yang tidak bisa diintervensi oleh negara. Seperti sebagian sudah disampaikan di atas dalam buku ini, umat Kristen di Perancis tidak boleh sembarangan menggunakan kalung salib di tempat-tempat umum, kantor pemerintah dan sekolah negeri. Umat Islam di Belanda tidak bisa menggunakan burkah (selubung muka) di tempat-tempat umum, kantor pemerintah dan sekolah negeri. Kaum Sikh tidak bisa sembarangan menggunakan ikat kepala di tempat-tempat umum di Jerman.
Paham sekulerisme menempatkan kebebasan individu di atas segala-galanya. Sekulerisme dikampanyekan ke seluruh penjuru dunia oleh jaringan Illuminati Internasional [1]. Tidak terkecuali di Indonesia. Wacana pemisahan agama dengan negara, telah lama dikumandangkan. Termasuk upaya menghapus keberadaan Departemen Agama (Depag) RI.
Sejauh ini upaya menerapkan sistem sekulerisme secara an sich di Indonesia mengalami kesulitan. Rakyat Indonesia menolak keras. Secara tradisional, bangsa Indonesia memiliki kultur agamis. Pancasila sebagai ideologi bangsa menempatkan sila pertama berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bisa dikatakan, upaya menerapkan paham sekulerisme secara verbal di negeri ini, pasti sulit atau bahkan ’tidak mungkin’ dalam waktu dekat. Namun jaringan the Luciferians Conspiration[2] tidak akan pernah kehilangan strategi. Secara formal memang sulit, atau bahkan tidak mungkin, tetapi secara informal, secara ‘spirit’, sekulerisme telah tumbuh pesat di Indonesia.
Kita bisa ambil contoh riil di masyarakat. Warga Jakarta sekitar 90% penduduk beragama Islam, tetapi kenapa tiap hari Jumat tengah hari tetap saja jalanan macet? Kenapa mal-mal, kafe-kafe, restoran-restoran tetap penuh orang? Kenapa pada bukan puasa pada siang hari restoran-restoran, kafe-kafe, tetap saja dipenuhi pengunjung?
Paham sekulerisme menempatkan kebebasan individu di atas segala-galanya. Sekulerisme dikampanyekan ke seluruh penjuru dunia oleh jaringan Illuminati Internasional [1]. Tidak terkecuali di Indonesia. Wacana pemisahan agama dengan negara, telah lama dikumandangkan. Termasuk upaya menghapus keberadaan Departemen Agama (Depag) RI.
Sejauh ini upaya menerapkan sistem sekulerisme secara an sich di Indonesia mengalami kesulitan. Rakyat Indonesia menolak keras. Secara tradisional, bangsa Indonesia memiliki kultur agamis. Pancasila sebagai ideologi bangsa menempatkan sila pertama berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Bisa dikatakan, upaya menerapkan paham sekulerisme secara verbal di negeri ini, pasti sulit atau bahkan ’tidak mungkin’ dalam waktu dekat. Namun jaringan the Luciferians Conspiration[2] tidak akan pernah kehilangan strategi. Secara formal memang sulit, atau bahkan tidak mungkin, tetapi secara informal, secara ‘spirit’, sekulerisme telah tumbuh pesat di Indonesia.
Kita bisa ambil contoh riil di masyarakat. Warga Jakarta sekitar 90% penduduk beragama Islam, tetapi kenapa tiap hari Jumat tengah hari tetap saja jalanan macet? Kenapa mal-mal, kafe-kafe, restoran-restoran tetap penuh orang? Kenapa pada bukan puasa pada siang hari restoran-restoran, kafe-kafe, tetap saja dipenuhi pengunjung?
[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (event organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).
[2] Luciferians Conspiration merupakan kepanjangan tangan dari Illuminati Internasional. Didirikan oleh sekelompok tokoh eksklusif Yahudi papan atas internasional ketika secara super rahasia berkumpul di sebuah tempat di kota Bazel-Swiss (Eropa). Mereka membentuk organisasi Illuminati (Lucifiers Internasional) yang diklaim menjadi pemegang syah ‘cahaya kebenaran’ (Nur Illahi). Program jangka panjang kelompok ini ingin memiliki otoritas penuh mengatur sekaligus mengendalikan seluruh dunia. Untuk menggerakkan jaringan, sebagai operatos lapangan, mereka membentuk super-group Fremansaory dengan menebar tema kampanye ke seluruh penjuru dunia tentang kebebasan, hak azasi manusia, demokratisasi, kesetaraan, transparansi, reformasi serta kemakmuran masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar