Minggu, 13 Juli 2008

Menghapus Rasa Cinta Tanah Air

Sumber: Djuyoto Suntani. Tahun 2015 Indonesia "Pecah", Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2008, halaman 46.



Gerakan Illuminati[1] melalui Luciferians Conspiration[2] yang sukses menciptakan krisis bagi Bangsa Indonesia, kini semakin jaya bersama program menghapus rasa patriotisme dan cinta tanah air. Rasa kebanggaan warga Indonesia sebagai bangsa besar yang dulu dihormati dunia, sekarang sudah sirna.

Negeri-negeri kecil tetangga kita, sudah berani melecehkan Indonesia. Para TKW yang bekerja di luar negeri, jadi bahan pelecehan seksual. Paspor Indonesia di luar negeri dipandang “rendah”. Mata uang rupiah berada paling bawah bila ditukar dengan mata uang asing. Bayangkan 1 kina (mata uang Papua Niugini/PNG) = Rp. 30.000,- Padahal PNG merupakan negara terbelakang, pedalaman, miskin di sebelah Timur Propinsi Papua. Melihat fakta demikian, saya sering “marah pada diri sendiri”, kenapa bangsa yang besar ini kehilangan harga diri? Kehilangan jatidiri dan patriotism? Kenapa bangsa besar mau jadi hinaan bangsa-bangsa lain di muka Bumi? Kenapa kita mesti terjebak oleh “skenario global” gerakan Illuminati Internasional?

Strategi menghapus rasa cinta tanah air dilakukan jaringan the Luciferians Conspiration dengan sangat halus. Pertama, menjadikan uang sebagai dewa. Kedua, memnuka kran kebebasan pers sehingga semua keburukan Indonesia diberitakan secara vulgar oleh media kita sendiri, terutama oleh media elektronik. Ketiga, penciptaan citra Indonesia sarang teroris. Keempat, menghilangkan budaya kekerabatan, sehingga anak-anak muda tidak lagi menghormati orang tua.

Melalui empat cara yang dikemas secara halus, masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, lebih mengunggulkan budaya asing (Barat) daripada budaya milik sendiri. Bila suatu bangsa telah mengunggulkan budaya asing, pasti bangsa itu sudah kehilangan rasa nasionalisme, kehilangan rasa cinta tanah air. Realitas ini yang terjadi pada mayoritas masyarakat kita, terutama generasi muda.

Hilangnya semangat patriotisme dan rasa cinta tanah air, berdampak pada mentalitas inferior complex (rendah diri) terhadap dunia internasional. Kesebelasan Indonesia (PSSI) U-23 berbulan-bulan dikirim berlatih ke Belanda, menghabiskan dan Rp. 28 Milyar, begitu pertandingan resmi pada even Asian Games 2006 di Doha Qatar, langsung dihajar Irak, kalah 6 : 0. padahal Irak lagi dilanda perang, negara hancur. Para pemain bola tidak pernah latihan.

Mereka bisa menang telak karena para pemain Irak memiliki semangat nasionalisme tinggi. Punya jiwa patriotisme sangat tinggi. Mereka dididik dengan hati, otak dan mentalitas cinta tanah air. Pemain Indonesia dididik dengan uang, uang, dan uang, tanpa diisi rasa cinta tanah air, tanpa semangat patriotisme.


[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (even organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).

[2] Luciferians Conspiration merupakan kepanjangan tangan dari Illuminati Internasional. Didirikan oleh sekelompok tokoh eksklusif Yahudi papan atas internasional ketika secara super rahasia berkumpul di sebuah tempat di kota Bazel-Swiss (Eropa). Mereka membentuk organisasi Illuminati (Lucifiers Internasional) yang diklaim menjadi pemegang syah ‘cahaya kebenaran’ (Nur Illahi). Program jangka panjang kelompok ini ingin memiliki otoritas penuh mengatur sekaligus mengendalikan seluruh dunia. Untuk menggerakkan jaringan, sebagai operatos lapangan, mereka membentuk super-group Fremansaory dengan menebar tema kampanye ke seluruh penjuru dunia tentang kebebasan, hak azasi manusia, demokratisasi, kesetaraan, transparansi, reformasi serta kemakmuran masyarakat.

Tidak ada komentar: