Minggu, 13 Juli 2008

Membentuk Tata Dunia Baru

Sumber: Djuyoto Suntani. Tahun 2015 Indonesia "Pecah". Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2007, halaman 51.
Gerakan Illuminati Internasional [1] yang sudah sukses menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masyarakat Indonesia, memiliki skenario-global membentuk “Tata Dunia Baru”. Dunia di-setting berada dalam satu kendali. Sistem ini ternyata cukup sukses diterapkan di Indonesia.

Salah satu bukti riil mereka sudah sukses, daat kita perhatikan saat kedatangan Presiden AS, George W. Bush ke Bogor pada 20 November 2006. Presiden “negeri adik Javet” ini (Amerika Serikat bukan Paman Sam. Paman Sam yang asli adalah Bangsa Asia sebagai keturunan Sam, sedangkan orang Bule itu ”adik Javet” sebagai keturunan Javed) ketika berkunjung ke Bogor-Indonesia. Pemerintah Susilo Bambang Yudoyono dibuat sibuk, diatur dan dikendalikan penuh oleh Washington. Di tengah kemiskinan rakyat Indonesia, Pemerintah RI justru menghambur-hamburkan uang membangun landasan helikopter, menutup kantor, sekolah, toko, menghentikan jaringan telepon dan angkutan kota. Beaya pengamanan kita bayar Rp 6 milyar, namun pihak Ameria yang mengatur. Kita ke luar duit, mereka yang menikmati.

Contoh di atas menunjukkan posisi Indonesia ’bukan negara merdeka dan berdaulat’ penuh. Seolah-olah Indonesia merpakan ”negara bagian” Amerika Serikat. Menyambut George W. Bush dengan cara berlebihan. Padahal George W. Bush adalah seorang pecundang di negaranya, tidak memiliki kekuatan apa-apa. Berbagai kebijakan dikendalikan oleh suatu jaringan bawah tanah. Kecerdasan pemahaman para pengambil keputusan, perlu dimiliki di republik ini sehingga kita tidak boleh terjebak arus permainan dunia ke dalam ‘Tata Dunia Baru’ versi Illuminati.

Mereka menghendaki dunia berada dalam “satu pemerintahan, satu mata uang, dan satu agama”. Dalam sistem tata dunia baru, jaringan global the Luciferians menancapkan 3 (tiga) strategi penguasaan dunia meliputi:

Dunia dalam ’Satu Sistem Pemerintahan’ (di bawah Amerika Serikat).
Dunia dalama ’Satu Sistem Mata Uang’ (pakai Dollar USA).
Dunia dalam ‘Satu Sistem Agama’ (Sekulerisme-Universal).

[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (event organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).

Menumbuhkan Sekulerisme

Sumber: Djuyoto Suntani. Tahun 2015 Indonesia "Pecah". Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2007, halaman 49.
Sekulerisme kini telah tumbuh menjadi ‘agama’ baru di dunia. Semua negara Eropa (Barat) menempatkan sekulerisme sebagai pedoman hidup. Mereka memisahkan agama dengan negara. Agama ditempatkan masuk urusan individu yang tidak bisa diintervensi oleh negara. Seperti sebagian sudah disampaikan di atas dalam buku ini, umat Kristen di Perancis tidak boleh sembarangan menggunakan kalung salib di tempat-tempat umum, kantor pemerintah dan sekolah negeri. Umat Islam di Belanda tidak bisa menggunakan burkah (selubung muka) di tempat-tempat umum, kantor pemerintah dan sekolah negeri. Kaum Sikh tidak bisa sembarangan menggunakan ikat kepala di tempat-tempat umum di Jerman.

Paham sekulerisme menempatkan kebebasan individu di atas segala-galanya. Sekulerisme dikampanyekan ke seluruh penjuru dunia oleh jaringan Illuminati Internasional [1]. Tidak terkecuali di Indonesia. Wacana pemisahan agama dengan negara, telah lama dikumandangkan. Termasuk upaya menghapus keberadaan Departemen Agama (Depag) RI.

Sejauh ini upaya menerapkan sistem sekulerisme secara an sich di Indonesia mengalami kesulitan. Rakyat Indonesia menolak keras. Secara tradisional, bangsa Indonesia memiliki kultur agamis. Pancasila sebagai ideologi bangsa menempatkan sila pertama berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bisa dikatakan, upaya menerapkan paham sekulerisme secara verbal di negeri ini, pasti sulit atau bahkan ’tidak mungkin’ dalam waktu dekat. Namun jaringan the Luciferians Conspiration[2] tidak akan pernah kehilangan strategi. Secara formal memang sulit, atau bahkan tidak mungkin, tetapi secara informal, secara ‘spirit’, sekulerisme telah tumbuh pesat di Indonesia.

Kita bisa ambil contoh riil di masyarakat. Warga Jakarta sekitar 90% penduduk beragama Islam, tetapi kenapa tiap hari Jumat tengah hari tetap saja jalanan macet? Kenapa mal-mal, kafe-kafe, restoran-restoran tetap penuh orang? Kenapa pada bukan puasa pada siang hari restoran-restoran, kafe-kafe, tetap saja dipenuhi pengunjung?

[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (event organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).

[2] Luciferians Conspiration merupakan kepanjangan tangan dari Illuminati Internasional. Didirikan oleh sekelompok tokoh eksklusif Yahudi papan atas internasional ketika secara super rahasia berkumpul di sebuah tempat di kota Bazel-Swiss (Eropa). Mereka membentuk organisasi Illuminati (Lucifiers Internasional) yang diklaim menjadi pemegang syah ‘cahaya kebenaran’ (Nur Illahi). Program jangka panjang kelompok ini ingin memiliki otoritas penuh mengatur sekaligus mengendalikan seluruh dunia. Untuk menggerakkan jaringan, sebagai operatos lapangan, mereka membentuk super-group Fremansaory dengan menebar tema kampanye ke seluruh penjuru dunia tentang kebebasan, hak azasi manusia, demokratisasi, kesetaraan, transparansi, reformasi serta kemakmuran masyarakat.

Menciptakan Sistem Multi Partai

Sumber: Djuyoto Suntani. Tahun 2015 Indonesia "Pecah", Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2008, halaman 48

Salah satu kebijakan andalan Illuminati Internasional[1] untuk menghancurkan suatu bangsa yaitu dengan menciptakan sistem multi partai. Atas nama demokrasi, mereka sengaja memcah belah suatu bangsa yang kuat dengan mendorong sistem multi partai. Padahal sistem multi-partai dilarang Alloh SWT seperti termuat dalam Al Quran Surat Arrum ayat 31-32: “.....janganlah kalian berfirqah-firqah (berpartai-partai), yang (masing-masing) hanya bangga dengan partai sendiri......”

Dalam ajaran Islam, negara demokrasi yang benar cuma ada dua partai, yaitu: Hezbullah (partai Alloh) dan Hezbulsyetan (partai Setan). Di Amerika Serikat hanya ada dua partai: Partai Demokrat dan Partai Republik. Amerika Serikat telah menerapkan sistem pemerintahan kenegaraan berdasar ajaran Islam. Untuk ”menjatuhkan negara lain”, mereka menyuruh agar membuat ”multi partai” supaya antar partai saling berkelahi satu sama lain sehingga tidak sempat membangun bangsa.

Sistem multi partai berakibat merenggangkan hubungan kekerabatan, persaudaraan, kebersamaan sesama anak bangsa. Semakin banyak partai, pasti membuat republik kian runyam. Masing-masing partai punya agenda sendiri, punya program sendiri, punya misi sendiri, punya target sendiri, dan punya pendukung sendiri. Benturan kepentingan antar partai, tidak bisa dihindarkan. Bentrokan antar pendukung partai di lapis bawah, menjadi menu makanan sehari-hari.

System multi partai sengaja diciptakan jaringan Illuminati Internasional agar bangsa-bangsa yang dibidik, bercerai berai dihajar pertikaian, perkelahian dam pertarungan berebut kekuasaan. Sistem multi partai merupakan manifestasi strategi devide et impera, politik pecah belah untuk memperkeruh suatu bangsa. Negara seperti Amerika Serikat dan Inggris tidak menggunakan system multi partai. Mereka menerapkan system dua partai sesuai ajaran Islam. Di AS ada dua: Partai Demokrat dan Partai Republi, di Inggris juga dua: Partai Buruh dan Partai Konservatif.

[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (even organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).

Menghapus Rasa Cinta Tanah Air

Sumber: Djuyoto Suntani. Tahun 2015 Indonesia "Pecah", Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2008, halaman 46.



Gerakan Illuminati[1] melalui Luciferians Conspiration[2] yang sukses menciptakan krisis bagi Bangsa Indonesia, kini semakin jaya bersama program menghapus rasa patriotisme dan cinta tanah air. Rasa kebanggaan warga Indonesia sebagai bangsa besar yang dulu dihormati dunia, sekarang sudah sirna.

Negeri-negeri kecil tetangga kita, sudah berani melecehkan Indonesia. Para TKW yang bekerja di luar negeri, jadi bahan pelecehan seksual. Paspor Indonesia di luar negeri dipandang “rendah”. Mata uang rupiah berada paling bawah bila ditukar dengan mata uang asing. Bayangkan 1 kina (mata uang Papua Niugini/PNG) = Rp. 30.000,- Padahal PNG merupakan negara terbelakang, pedalaman, miskin di sebelah Timur Propinsi Papua. Melihat fakta demikian, saya sering “marah pada diri sendiri”, kenapa bangsa yang besar ini kehilangan harga diri? Kehilangan jatidiri dan patriotism? Kenapa bangsa besar mau jadi hinaan bangsa-bangsa lain di muka Bumi? Kenapa kita mesti terjebak oleh “skenario global” gerakan Illuminati Internasional?

Strategi menghapus rasa cinta tanah air dilakukan jaringan the Luciferians Conspiration dengan sangat halus. Pertama, menjadikan uang sebagai dewa. Kedua, memnuka kran kebebasan pers sehingga semua keburukan Indonesia diberitakan secara vulgar oleh media kita sendiri, terutama oleh media elektronik. Ketiga, penciptaan citra Indonesia sarang teroris. Keempat, menghilangkan budaya kekerabatan, sehingga anak-anak muda tidak lagi menghormati orang tua.

Melalui empat cara yang dikemas secara halus, masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, lebih mengunggulkan budaya asing (Barat) daripada budaya milik sendiri. Bila suatu bangsa telah mengunggulkan budaya asing, pasti bangsa itu sudah kehilangan rasa nasionalisme, kehilangan rasa cinta tanah air. Realitas ini yang terjadi pada mayoritas masyarakat kita, terutama generasi muda.

Hilangnya semangat patriotisme dan rasa cinta tanah air, berdampak pada mentalitas inferior complex (rendah diri) terhadap dunia internasional. Kesebelasan Indonesia (PSSI) U-23 berbulan-bulan dikirim berlatih ke Belanda, menghabiskan dan Rp. 28 Milyar, begitu pertandingan resmi pada even Asian Games 2006 di Doha Qatar, langsung dihajar Irak, kalah 6 : 0. padahal Irak lagi dilanda perang, negara hancur. Para pemain bola tidak pernah latihan.

Mereka bisa menang telak karena para pemain Irak memiliki semangat nasionalisme tinggi. Punya jiwa patriotisme sangat tinggi. Mereka dididik dengan hati, otak dan mentalitas cinta tanah air. Pemain Indonesia dididik dengan uang, uang, dan uang, tanpa diisi rasa cinta tanah air, tanpa semangat patriotisme.


[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (even organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).

[2] Luciferians Conspiration merupakan kepanjangan tangan dari Illuminati Internasional. Didirikan oleh sekelompok tokoh eksklusif Yahudi papan atas internasional ketika secara super rahasia berkumpul di sebuah tempat di kota Bazel-Swiss (Eropa). Mereka membentuk organisasi Illuminati (Lucifiers Internasional) yang diklaim menjadi pemegang syah ‘cahaya kebenaran’ (Nur Illahi). Program jangka panjang kelompok ini ingin memiliki otoritas penuh mengatur sekaligus mengendalikan seluruh dunia. Untuk menggerakkan jaringan, sebagai operatos lapangan, mereka membentuk super-group Fremansaory dengan menebar tema kampanye ke seluruh penjuru dunia tentang kebebasan, hak azasi manusia, demokratisasi, kesetaraan, transparansi, reformasi serta kemakmuran masyarakat.

Selasa, 08 Juli 2008

Menempatkan Uang sebagai dewa

Sumber: Djuyoto Suntani. "Tahun 2015 Indonesia "Pecah"". Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2008, halaman 45.

Mentalitas bangsa yang kecapekan karena didera krisis berkepanjangan serba kompleks, secara fundamental telah mengubah pola pikir pada spirit hidup masyarakat. Mayoritas warga mulai memandang hidup semata-mata hanya untuk mengejar uang. Uang telah dibabptis menjadi dewa yang harus diburu dengan cara apa pun. Bangsa Indonesia yang dulu memiliki peradaban tinggi, sopan santun, punya semangat gotong royong, tolong menolong, kini telah berubah menjadi bangsaa barbar sadistis yang sangat mengerikan. Gara-gara persoalan uang Rp. 500 tega menghabisis nyawa orang lain. Hubungan kekerabatan yang dulu indah, kini menjadi hambar, kering dan gersang. Kita telah terjebak ke dalam skenario global program Illuminati. [1]

Kekuatan bangsa yang pada masa lalu memiliki tradisi kekerabatan dan gotong royong, kini melemah berubah serba komersil. Coba kita saksikan di desa-desa, bila ada tetangga punya hajat, tanpa diminta, para tetangga yang lain datang dengan ikhlas memberi bantuan. Ada yang membawa peralatan kerja, ada yang menyiapkan makanan, ada yang memberi kebutuhan fisik, kaum ibu di dapur membantu memasak. Dulu, bila suatu desa mau membangun Balai Pertemuan (Balai Desa), tanpa ada proposal, dalam waktu singkat, bangunan langsung berdiri. Warga desa secara ikhlas memberi sumbangan dalam segala bentuk. Entah sumbangan tenaga, pikiran, uang, hingga material.

Pada sisi lain bentuk kekerabatan bisa didengar melalui sapaan antar tetangga. Meski bukan saudara, bahkan baru kenal, orang-orang desa memanggil orang asing dengan sebutan khusus. Kepada yang lebih tua dipanggil: Pak De, Pak Lik, Mbak Yu, Kang Mas, Paman, Tante, dan seterusnya. Terhadap yang lebih muda dipanggil: adik, anak, cucu, dst.

Dewasa ini sistem kekerabatan yang indah pada masyarakat Indonesia, telah dirusak, diacak-acak oleh jaringan global. Mentalitas masyarakat sudah diracuni dengan menempatkan uang di atas segala-galanya. Sistem gotong-royong, pelan-pelan lenyap ditelan bumi, diganti sistem komersial. Semua dihitung pakai uang, uang dan uang. Uang telah ditempatkan di atas segala-galanya. Implikasi serius dari pendewaan terhadap uang, menjadikan korupsi merajalela di seluruh sektor kehidupan.

Bila kita kaji dan teliti secara cermat, sumber utama korupsi di Indonesia dikarenakan masyarakat telah menempatkan uang di atas segalanya. Bangsa ini telah kehilangan spirit, roh kekerabatan, semangat hidup gotong royong. Eksistensi KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) atau papaun nama institusi yang dibentuk pemerintah, tidak bisa berfungsi dengan baik bila sikap mental masyarakat telah terjebak pada pemikiran uang sebagai dewa.

[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (even organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).

Kembali

Menghapus Ideologi Pancasila

Sumber: Djuyoto Suntani, "Tahun 2015 Indonesia "Pecah"", Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta 2008, halaman 44.
Salah satu agenda jaringan Illuminati Internasional dalam menghancurkan Indonesia, yaitu dengan cara menghapus Pancasila sebagai ideologi negara. Begitu terjadi krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998, secara pelan-pelan terjadi de-legitimasi terhadap eksistensi Pancasila. Dimulai dengan metode penghapusan lembaga BP-7, pembubaran Tim P-7, sampai menghilangkan penataran P-4 dengan target generasi baru nanti tidak lagi mengenal Pancasila.

Implikasi dari semua itu adalah generasi muda pasca reformasi 1998 menjadi kurang akrab dengan Pancasila. Anak-anak muda, terutama di perkotaan yang mengklaim sebagai generasi ‘post-modernis,’ sudah jarang mengenal Pancasila. Apalagi setelah disusul gelombang globalisasi, semangat rasa nasionalisme di kalangan anak-anak bangsa, terutama generasi muda semakin surut, menghilang ditelan zaman.

Serbuan berbagai sekolah internasional yang dikelola orang asing di kota-kota besar Indonesia, semakin menjauhkan Pancasila dari benak anak bangsa sendiri. Anak-anak orang kaya lebih memilih sekolah asing yang menggunakan ‘kurikulum asing’ daripada sekolah negeri. Mereka tidak lagi mengenal ideologi Pancasila. Ini merupakan satu strategi sistematis jaringan Illuminati Internasional melalui Luciferians Conspiration
[1] untuk menghapus ideologi Pancasila dari bumi Indonesia. Dengan cara sistematis, halusm taktis strategis, lambat namun pasti, generasi mendatang kelak tidak lagi mengenal ideologi Pancasila. Pelan-pelan Pancasila bakal menghilang dari bumi pertiwi Indonesia.
[1] Luciferians Conspiration merupakan kepanjangan tangan dari Illuminati Internasional. Didirikan oleh sekelompok tokoh eksklusif Yahudi papan atas internasional ketika secara super rahasia berkumpul di sebuah tempat di kota Bazel-Swiss (Eropa). Mereka membentuk organisasi Illuminati (Lucifiers Internasional) yang diklaim menjadi pemegang syah ‘cahaya kebenaran’ (Nur Illahi). Program jangka panjang kelompok ini ingin memiliki otoritas penuh mengatur sekaligus mengendalikan seluruh dunia. Untuk menggerakkan jaringan, sebagai operatos lapangan, mereka membentuk super-group Fremansaory dengan menebar tema kampanye ke seluruh penjuru dunia tentang kebebasan, hak azasi manusia, demokratisasi, kesetaraan, transparansi, reformasi serta kemakmuran masyarakat. (hal.10-11).

Kembali

Memperlemah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Sumber: Djuyoto Suntani, Tahun 2015 Indonesia Pecah" Penerbit Pustaka Perdamaian, Jakarta, 2008, halaman 42.
Para pendiri republik telah menetapkan Indonesia sebagai negara kesatuan. Keputusan pilihan Bapak Bangsa ini memang bijak dan tepat, mengingat kawasan Nusantara merupakan gugusan pulau terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kita memiliki sekitar 17.504 pulau. Dari pulau yang ada, separoh belum dihuni dan belum diberi nama.

Kita memiliki sekitar 300 suku bangsa dengan 300 bahasa daerah. 87 persen penduduk Indonesia menganut agama Islam, sisanya beragama Budha, Hindu, Protestan, Katolik, Khonghuchu, dan banyak aliran kepercayaan yang berkembang secara turun temurun. Kondisi seperti ini, membuat Indonesia dikenal negara paling heterogen di dunia.

Melihat heterogenitas indonesia, para pendiri republik memutuskan Pancasila menjadi ideologi bangsa. Pada posisi di bawah ekor Pancasila tertulis: “Bhineka Tunggal Ika” dari bahasa Sansekerta yang berarti: meski berbeda-beda, kita tetap satu.

Menjadi negara kepulauan terbesar di dunia, dihuni oleh 300 etnik, ancaman terbesar paling mengerikan bagi negeri ini berupa hantu ‘perpecahan’. Para musuh bangsa melalui jaringan global Illuminati Internasional
[1] telah lama merancang kehancuran Indonesia melalui disintegrasi. Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terus menerus dirongrong. Jaringan the Luciferians Conspiration[2] memunculkan berbagai wacana untuk mengubah eksistensi NKRI menjadi Negara Federal, Republik Serikat, Otonomi Daerah, serta pembentukan Otonomi Khusus di beberapa wilayah. Berbagai wacana seperti itu merupakan strategi sistematis sebaai upaya memperlemah eksistensi Negara Kesatuan (NKRI).

Secara pelan tapi pasti, mereka mendorong Indonesia ke arah jurang kehancuran dengan memecah belah seluruh anak bangsa. Seperti diulas pada awal buku ini, jaringan global itu kini telah membuat ‘peta baru’ NKRI menjadi ’17 negara merdeka’.

[1] Illuminati Internasional, menurut tulisan Djuyoto Suntani, didirikan 1 Mei 1776 di Bazel-Swiss, merupakan ‘pemain tunggal’ dunia atau ‘EO’ (even organizer) yang berupaya mengendalikan seluruh Planet Bumi. Sebuah organisasi super-kuat yang tidak kelihatan, tanpa bentuk, memiliki jaringan dan pengaruh sangat kuat di seluruh dunia. Seluruh krisis politik, ekonomi dan militer di seantero jagat raya sejak abad ke-18, merupakan hasil kara ‘EO’ tunggal itu. Sekretariat Operasional Illuminati di Dallas-USA berada pada “666 Building”. (hal. 09-10).

[2] Luciferians Conspiration merupakan kepanjangan tangan dari Illuminati Internasional. Didirikan oleh sekelompok tokoh eksklusif Yahudi papan atas internasional ketika secara super rahasia berkumpul di sebuah tempat di kota Bazel-Swiss (Eropa). Mereka membentuk organisasi Illuminati (Lucifiers Internasional) yang diklaim menjadi pemegang syah ‘cahaya kebenaran’ (Nur Illahi). Program jangka panjang kelompok ini ingin memiliki otoritas penuh mengatur sekaligus mengendalikan seluruh dunia. Untuk menggerakkan jaringan, sebagai operatos lapangan, mereka membentuk super-group Fremansaory dengan menebar tema kampanye ke seluruh penjuru dunia tentang kebebasan, hak azasi manusia, demokratisasi, kesetaraan, transparansi, reformasi serta kemakmuran masyarakat.

Kembali